Oleh: Mulya Syamsul
Entitas UNMA sangat diperhitungkan dengan jumlah Dosen, Karyawan dan Mahasiswa. Lantas apa yang harus kita lakukan? Atau adakah upaya untuk mendulang keuntungan?.
Sudah menjadi kesadaran dan rahasia umum, di bulan ramadhan harga-harga pangan naik, para stekholder turut membincangkan dan pemerintah ikut memasang stategi.
Magis Ramadhan sangat luar biasa, dari sisi spiritual bagi komunitas muslim Ramadhan sangat ditunggu dan menjadi kebahagiaan baru, demikian yang disampaikan Rasulullah SAW, barangsiapa yang berbahagia dengan datangnya Ramadhan, Allah haramkan tersentuh api neraka (Al-Hadis). Begitulah Ramadhan.
Potensi Bisnis
Tidak jarang pemandangan kita disuguhi lapak dadakan, ada yang didepan rumah, dipinggir jalan dan ada pula yang mendadak membuat grobak alakadarnya, itu semua dalam rangka menyambut Ramadhan.
Pemandangan ini dalam kacamata pebisnis, ini adalah peluang, dimana unsur produksi akan mampu memuaskan konsumen. Dengan model dan macam barang yang disajikan di bulan Ramadhan tetap akan laku dan memberikan kebahagiaan pedagang.
Entitas UNMA sangat dapat menentukan, produsen UNMA berkategori komunitas muslim yang potensi daya belinya sangat diperhitungkan. Aabila ada yang mencuri kesempatan sebagai produksi maka ini menjadi jawabannya.
Selain itu, kondisi sosial masyarakat UNMA berbasis perempuan lebih banyak dari kaum laki-laki, ini menandakan konsumen produktif dalam mempersiapkan masa buka puasa sangat potensial. Kalaulah kesempatan ini diambil oleh satu dari entitas-entitas UNMA maka akan memberikan keuntungan.
Lembaga bisnis
Sudah saatnya kita memikirkan lembaga bisnis UNMA, momentum Ramadhan harus jadi titik nol dimana kita akan memulai perjalanan. Bisnis memang memerlukan awal dan tantangannya adalah konsumen potenIal Ramadhan.
UNMA memang tidak menyibukan diri di bisnis lainnya selain pendidikan, tapi bisnis yang berkolaborasi dengan pendidikan akan menjadi modal dasar kesejahteraan dan merekatkan kebersamaan.
Gali potensi disaat Ramadhan, buka titik nol jadi awal perjalanan menembus kebersamaan menuju kebahagiaan. Kebersamaan memerlukan modal dan kebahagiaan memerluakan kesejahteraan. Bangun dan berdayakan. Walahualam.
kontributor : ENCU M SYAMSUL (DOSEN)